Kuburan yang Mengakrabkan Gus Dur dan Mega


CATATAN AS HIKAM
Kuburan yang Mengakrabkan Gus Dur dan Mega

SALAH satu faktor yang membuat Gus Dur dan Mbak Mega bisa akrab (terutama sebelum Reformasi) adalah “vitamin K”. Ini bukan vitamin biasa yang kita kenal, tapi K ini singkatan dari “KUBURAN”, artinya kedua beliau itu memang punya hobi ziarah kubur, termasuk ke maqbaroh (makam-makam) para Wali, orang tua, serta para sesepuh yang memiliki pengaruh di masyarakat.

Saya sendiri, sebagai orang yang lahir di lingkungan pesantren, tentu sudah sejak kecil diajari dan dididik untuk menhormati para sesepuh dan auliya yang sudah kapundhut. Toh dalam perkara yang satu ini masih kalah jauh dari Gus Dur dan mBak Mega, sehingga pengen ikut kalau mereka sedang ziarah berdua. Siapa tahu kalau sering ikut nanti bisa lebih menghayati komunikasi antara kita dengan mereka yang sudah di alam sana sambil mendapat barokah.

Salah satu tempat yang kedua beliau suka kunjungi adalah Istana Batutulis di Bogor, tempat almarhum BK tinggal sampai wafat. Kalau sudah di sana, biasanya tengah malam, kedua beliau sangat khusyuk dan melakukan doa sampai satu atu dua jam. Saya beberapa kali ikut bersama Haji Sulaiman dan Pak Ghofar Rachman yang dua-duanya juga termasuk pakar dan penggemar berat vitamin K seperti GD. Ziarah di Batutulis yang paling saya kenang adalah yang ke tiga, kalau saya tak salah, sekitar tahun 1997 atau 1998. Kenapa saya paling ingat, karena di situlah saya menyadari bahwa peringkat saya masih rendah sekali dalam bidang yang satu ini.

Ceritanya begini:

Seperti biasa, kami beberapa orang (GD, mBak Mega, Pak Ghofar, H. Sulaeman, dan pendherek mBak Mega) datang ke Batutulis, tengah malam. Namun tak seperti biasanya, malam itu doan GD dan mBak Mega lama banget di kamar alm BK.

Kebiasaannya, ketika sedang di dalam kamar di mana BK dulu dirawat, semua lampu harus mati sehingga suasana sangat tenang, hanya gemericik air sungai di bawah sana yang memevah keheningan malam. Doa yang diwirid oleh kami tentu dilakukan dengan sangat khusyuk dan pelan, dipimpin Pak Ghofar. Setelah itu, masing masing bertafakur dan berdoa sendiri-sendiri secukupnya.

Nah, malam itu tidak biasanya tafakur GD dan mBak Mega lama banget, lebih dari setengah jam. Sehingga waktu kedua beliau selesai, jam sudah menunjuk 2.00 dinihari. Kami semua lantas duduk-duduk di teras di luar kamar BK. Mbak Mega tiba-tiba bertanya pada saya:

“Gimana, Hikam, seneng kan kalau kita ziarah, berdoa dalam suasana yang hening dan tenang seperti sekarang?”

Saya jawab: “Ya kalau Gus Dur dan mBak Mega pasti senang…”

“Lho kalau kamu?” Tanya Bak Mega, heran.

“Saya terus terang sambil takut mBak, wong gelap dan sepi gini…,” kata saya, jujur.

Kontan Gus Dur tertawa terpingkal-pingkal memecah dingin dan sepinya dini hari di Batutulis.

“Gini ini lho mBak kalau orang sekolah di Amrik kelamaan, hehehe….,” kata GD sambil terus ngakak.

MBak Mega langsung nyablek saya sambil menegur: “Kamu ini piye toh Hikam, orang NU kok takut ziarah tengah malam…” (tapi beliau lalu ikut tertawa bersama H. Sulaiman, Pak Ghofar dan pendherek beliau).

Saya sendiri waktu itu gak bisa tertawa, wong memang nyatanya saya rada takut (mana kemudian hujan rintik-rintik lagi!). Tapi dari pengalaman yang sekali ini sudah jelas bahwa kapasitas saya dalam urusan vitamin K cuma standar-standar saja. Walaupun masih sering ikut GD ziarah kesana kemari(dengan atau tanpa mBak Mega), tapi saya harus mengakui bahwa saya masih terlalu jauh “maqom”nya dari kedua beliau ini dalam soal-soal spiritual.

Semoga dengan bertambahnya usia dan kematangan jiwa saya nanti juga bisa merasakan nikmatnya vitamin K seperti kedua beliau dan para masyayikh…

Amin. []

Sumber :
http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2010/01/07/86026/CATATAN-AS-HIKAM-Kuburan-yang-Mengakrabkan-Gus-Dur-dan-Mega

Tinggalkan komentar